Friday, August 19, 2005
Untuk kesekian kalinya hal itu terjadi lagi.
Aku berkeras, tidak mau menatapnya, tidak mau berbicara sepatah katapun. Hanya suara instrumental yang mengisi keheningan kami dalam mobil malam itu. Dia terlihat mulai lelah mencoba mengajakku berbicara, tangannya yang sebelumnya memelukku, mulai melepaskan tubuhku. Lagi2 kami berdiam diri.
Sesaat aku meliriknya, wajah yang sangat kusayangi, rautnya keras menunjukkan dia sedang menahan marah. Aku menunggu. Semenit. Dua menit. Lima belas menit. Tiga puluh menit. Cukup.
"Kamu sayang aku..lebih dari.. "aku menahan kata2ku sendiri, enggan melanjutkan kalimatku.
"Aku sayang kamu lebih dari aku menyayangi dia, kamu yang ada dalam hidupku sekarang..bukan dia," jawabnya pelan. Aku mengangguk2, mulai menangis, huh cengeng sekali.
"Boleh berhenti sebentar?" Tanyaku menunjuk supermarket di dekat situ. "Aku mau pipis."
Aku terduduk di toilet, menutup mukaku. Menangis.
Keluar dari toilet, ternyata dia sudah menungguku. Tangannya menggenggam tanganku. Namun tetap hening, bahkan setelah kami kembali berada di mobil.
"Aku sayang kamu, kamu dengar itu?" Katanya akhirnya.
"Kenapa kamu masih mau sama aku?"
"Karena aku sayang kamu."
"Kenapa kamu tetap sayang aku? Aku aneh, nggak bisa percaya pada siapapun di dunia ini. Aku paranoid. Paranoid akut tepatnya."
"Karena aku sayang kamu."
"Kamu gila."
"Hanya orang gila yang bisa memahami orang gila."
Mau nggak mau aku tersenyum mendengarnya.
"Kamu ingat pepatah yang mengatakan hubungan pria dan wanita itu seperti pasir yang digenggam, jangan genggam terlalu kuat karena nanti pasirnya akan keluar sedikit2 dari sela jari2 kita hingga akhirnya habis ... " aku mulai mengeluarkan bakat peribahasa dan analogiku.
"Iya. Bedanya kamu tidak mengenggam terlalu kuat, kamu malah membuka tanganmu dan berusaha membuang pasir itu dari tanganmu."
"Pasir itu tumpah?"
"Kamu ingin pasir itu tumpah dari tanganmu? "
Aku terdiam.
"Tidak ada yang tumpah dari tanganmu, walaupun kamu berusaha menumpahkannya, membuangnya dari gengaman tanganmu."
Aku menatapnya bingung.
"Karena sebenarnya kamu tidak mengenggam pasir , kamu mengenggam tanah liat, yang padat dan solid, yang tetap akan melekat di tanganmu kecuali kamu benar2 menginginkan tanah liat itu terbuang dari genggaman tanganmu."
Aku menatapnya. Terhenyak. Sial, kamu selalu tau cara membuatku terdiam.
Akhirnya, aku menjawabnya pelan..mencari kepastian.. "Jadi sebenarnya kamu tanah liat?"
Tangannya langsung menarikku kedalam pelukannya, dan mengacak2 rambutku, "Enak aja! itu kan cuma perumpamaan. Huh. Kamu nih, selalu mencari cara untuk menghina-hina aku."
Aku tergelak. "Aku sayang kamu."
"Aku sayang kamu juga."
posted by ketket | 6:45 PM
9 Comments:
7:12 AM said...love u
7:14 AM -edi- said...hun yg komen di atas itu aku loh..lupa nulis nama.hehehe
12:22 PM said...wah SILENT TREATMENT...itulah hukuman gue buat si yayang kalo dia nyakitin hati gue...diem2an dimobil, bikin dia kelabakan ngerayu gue hihihi untung dia pantang nyerah ;p
3:05 AM said...Wahh wahh Miss romantic, tumben postingnya pribadi gini, uhuyy..
Salam buat Mr Presiden yah he3x..
Duhhh.. mengharukan :D
5:06 AM said...katrin ... love would find its way .. it always does :)
11:57 AM bulan said...thats so sweet :)
7:49 PM said...so romantic ket..
~helen~
ah.. so sweet.. 'Lam kenal kat :)