Thursday, September 28, 2006

Merawat Kulit

Sebagai wanita berumur jelang 30 (hahaha..gue emang lagi demen banget nih mengungkit-ungkit ke'jelangtigapuluhan' gue), bukan hanya sekali mama gue tercinta mengingatkan gue untuk lebih intensif merawat kulit wajah. Maklum, putri semata wayangnya ini memang agak parah dalam hal kebersihan. Salah satunya yang paling parah adalah jarang sekali cuci muka (apalagi mandi, wong muka yang kecil aja jarang) di malam hari.

Untungnya, Tuhan yang maha kuasa menganugerahkan gue kulit yang sama sekali nggak neko-neko. Sehingga ditempa dengan kosmetik macam apapun, jarang sekali bermasalah (sebenernya sih sampai saat ini nggak pernah bermasalah..tapi takut pamali dan tau-taunya besok langsung didatangi jerawat-jerawat..hehe). Bahkan seorang teman sempat berkata, antara memuji atau menghina, pakai batu bata yang ditumbuk pun kulit gue nggak akan pernah bermasalah.

Secara umum sih, gue memang terlihat bersih (terlihat bukan berarti beneran ya..) dan banyak pula temen-temen gue yang kaget menyadari sebuah kenyataan bahwa si Katrin ini ternyata agak kurang bersih (maaf ya, gue menghindar menggunakan istilah jorok :p). Jadi ingat suatu waktu gue sempat mengejutkan temen gue, kala mau menghadapi ujian lisan semasa masih menjalani masa trainee di kantor terdahulu, gue menyempatkan diri mencuci muka dengan menggunakan sabun cuci tangan yang tersedia di washtafel (eh bener ngga sih nulis washtafel seperti ini?). Iya, ironis banget! Soalnya teman gue itu juga sedang mencuci mukanya dengan serangkaian perawatan produk Clinique dan menurut dia kelakuan gue itu nggak pantes banget mengingat kulit wajah itu lebih sensitif.

Tentunya ke'kurangbersih'an gue ini, kerap kali juga mendapat sindiran dari si pacar tercinta. Hehe, tadinya sih dia nggak tau kalau gue agak kurang bersih. Sayangnya si dia berhasil menangkap basah gue, saat gue menginap di Bandung. Waktu itu ceritanya lagi mau mandi, karena lebih suka yang praktis, biasanya kalau traveling gue cuma bawa 1 handuk kecil untuk berbagai kegunaan. Nah sialnya, saat gue mengeluarkan handuk kecil itu, ketahuanlah kalau gue menyimpan handuk itu bersamaan dengan sepatu. Hehehe. Ketauan deh joroknya! (ups kali ini gue pakai kata jorok deh..).

Tapi belakangan ini, dengan semakin aktifnya teman-teman terdekat gue melakukan perawatan kulit di dokter kulit yang cukup kondang se Jakarta raya ini, gue mulai berpikir untuk ikut perawatan juga. Ditambah lagi kliniknya keren banget (hehe..faktor yang nggak penting banget ya?). Sayangnya, pikiran baik itu langsung terhapus dengan sukses manakala gue menemani teman gue membayar tagihan biaya perawatan kulitnya. Booo…ada 7 digit!! No, thanks! Sakit hati banget membayangkan berapa banyak produk perawatan Body Shop yang bisa gue beli dengan uang sebanyak itu. Teman gue itu langsung aja berseloroh kalau gue bisa ngomong seperti itu, karena kulit gue nggak pernah bermasalah. Iya juga seeeh..jadi bersyukur nih punya kulit semi badak begini.

Akhirnya, gue memutuskan untuk membeli krim malam kosmetik dokter kulit yang terkemuka itu. Yah seenggak-enggaknya gue mulai menambah satu bentuk perawatan muka lah selain moisturizer yang biasa gue pakai di pagi hari. Tentunya sebelum memakai krim malam, kudu-mesti-alias-wajib cuci muka dulu, banyak banget kan kemajuan gue? Jadi semangat nih, setiap hari pengen cepet pulang ke rumah supaya bisa cuci muka dan pakai krim malam. Hihihi.

posted by ketket | 11:01 PM | 5 comments

Sunday, September 24, 2006

Minta Didoakan

Sebagai kaum hawa dengan usia jelang 30, tentunya kerap kali gue juga mengalami masalah yang sering dihadapi kaum I'm-not-a-girl-not-yet-a-woman kala menghadiri hajatan-hajatan yang melibatkan banyak orang tua, atau teman-teman yang sudah menikah. Nggak lain dan nggak bukan adalah pertanyaan standar seperti: "Kapan nih?" dengan mata berbinar-binar atau mengedip-ngedipkan mata seperti komik Jepang. Atau "Mana undangannya?" atau juga "Kapan nyusul ke pelaminan?" yah dan bentuk-bentuk kalimat lainnya yang cukup tinggi variasinya tapi maknanya sama aja.

Sebagai generasi muda yang memiliki sopan santun tinggi, walaupun kadang-kadang agak jengkel juga, jawaban yang paling bijaksana yang biasa gue keluarkan adalah: "Doain aja ya..mudah-mudahan bisa cepet nyusul!"


Di suatu hari Sabtu, gue menghadiri pernikahan salah seorang dari seribu sepupu yang gue punya *fyi, sebagai bangsa Sumatra Utara, udah rahasia umum kalau kekerabatan kami sangat tinggi bukan?*. Seperti biasa pertanyaan2 standar itu muncul, dan seperti biasa pula gue akan menjawab dengan jawaban standar: " Doain aja ya."

Ternyata itu jawaban standar gue itu membawa gue ke dalam suatu peristiwa yang agak mengezutkan, saudara-saudara sekalian.

Karena..

Hari ini, saat gue berkesempatan mengikuti sebuah acara arisan keluarga, yang bisa dihitung secara statistik dalam 76 kali kesempatan mungkin hanya 4 kali yang gue datengin, om gue (biasa di orang batak dipanggil Bapatua = abangnya bapak) meminta waktu kepada seluruh keluarga gue untuk berdoa. Baru beberapa menit kemudian gue sadar, bahwa yang dimaksud untuk berdoa bukan untuk satu keluarga, tapi hanya gue...dan om gue itu.

Masih terbingung-bingung akhirnya gue nurut aja. Tapi dalam hati, gue tetep bertanya-tanya: Ada apa gerangan gue sampai perlu didoain khusus?

Ternyata..Om gue itu memegang janjinya, saat dia bertanya "Kapan gue akan menyusul ke pelaminan?" dan gue menjawab: "Didoain aja ya!"

Iya! Dia, bersama-sama dengan gue, mendoakan gue secara khusus dan spesifik, supaya si Katrin ini cepat mendapat jodoh dan segera melangsungkan pernikahan.

Gue, bagaimanapun juga, merasa terharu...heheheheh...
Makasih ya, bapatua!

posted by ketket | 11:30 PM | 6 comments

Tuesday, September 19, 2006

Badai Pasti Berlalu

"Gue akan bilang sama dia." Suara sahabat sayur-dan-garam gue tiba-tiba mengumandang di keheningan dalam taksi.
Gue mengangkat alis..heran.
"Kali ini gue akan bilang sama dia, perasaan gue..dan gue akan tanya apa yang sebenernya jadi masalah di antara kita."
Oh, okey..there she go again. Talking about her ex. Masih penasaran kenapa bisa-bisanya pria-nya itu bener2 ilfil (dan seperti ngga ada sisanya) gitu..padahal baru 2 bulan waktu berjalan sejak mereka putus.
Bilang dong sama dia, perasaan lo yang sebenernya gimana, tantang gue suatu waktu..setelah mendengar keluhannya beruang-ulang serta keinginannya untuk 'balik' sama pacarnya itu.
Masalahnya sahabat gue ini, cuma ngeluh aja..tapi ngga pernah berani nyatain perasaannya dia yang sebenernya sama si pria (mantan) itu. Gemes juga kan dengernya?
Ha, rupanya kali ini dia memutuskan untuk mengikuti saran gue.
"Tapi Ket..kalau tiba-tiba dia nolak gue gimana ya?"
"Pliss deh Sar..mending mana sih untuk lo? Langsung ditikam atau disayat-sayat dulu, trus dikasih perasan jeruk nipis, dipotong-potong, dimasukkin karung dan dibiarin membusuk?"
Okey, agak terlalu kejam sih memang. Tapi percaya deh..butuh ketegasan tingkat internasional untuk berbicara sama sahabat gue ini.
"Ngapain sih menyiksa diri lama-lama?" kata gue lagi.

---

0818xxxxxx calling.

Lah tumben amat nih anak telpon malem-malem?

"Yes bos..?" jawab gue akhirnya.
"Katruuun...gue barusan mendapat tikaman terakhir gue."
Oh-oh...kenapa lagi nih?
"Tadi gue makan malam sama dia. Guess what, gue bener-bener speechless, clueless, dan akhirnya malah ngga jadi ngomong apa-apa sama dia. Abis dianya udah garing banget gitu sama gue."
Dimana letak tikamannya?
"Dan akhirnya karena putus asa, pulangnya gue telpon Yurike (bukan nama sebenernya, pastinya!), temen kerjanya dia. Dan gue tanya sama dia, bener-bener nggak ada peluang lagi ya untuk gue."
I think I know how the story will end..
"Lo tau dia bilang apa?"
...
"Dia bilang, udah nggak ada harapan lagi untuk gue."
...
"Dia bilang, better gue lupain aja pria itu."
...
"Dia juga bilang, udah ada wanita lain yang dia deketin, cantik dan adek kelas kita pula..dan lo tau yang paling kerennya?"
...
"Dia udah ngumpulin brosur wedding lagi."

Hah?

---

Sahabat gue itu, memandang ke luar jendela taksi. "Masih sakit banget rasanya..."
Gue menghela nafas. Don't know what to say.
"Ah tapi sebenernya gue cemen banget ya.." katanya lagi.
"Enggaklah...siapapun yang ada di posisi lo, pasti juga akan merasa kaya gitu," kata gue akhirnya.
Hening lagi.
"Tapi..badai pasti berlalu..yakin deh," kata gue, dengan agak sok bijaksana.
Dia cuma mengangguk-angguk.
"Liat aja badai Tsunami, walau pelan-pelan..Aceh recover juga kan.." kata gue lagi. Agak mulai hilang arah..maklum ngga biasa di posisi-in sebagai orang yg bijaksana. "Atau perang Irak atau bencana Yogya..semua badai pasti berlalu." Okey..okey..gue mulai tambah ngaco.
"Iya ya...nggak ada artinya masalah gue yang cuma segini doang dibanding masalah di dunia ini," katanya setengah ketawa dan nangis..antara geli dan kesal mungkin mendengar analogi gue.
"Yah nggak lah..kalau yang namanya masalah hati, pasti berat lah..."kata gue berusaha merevisi statement gue sebelumnya, jangan sampai di tengah-tengah kesedihannya, dia merasa gue malah meremehkan masalahnya dia..
"Tapi..masih lebih berat lagi lumpur Sidoarjo kan?" katanya lagi.
Hahahaha...kontan kita ketawa bareng-bareng..sampai-sampai si sopir taksi agak terlonjak kaget.

"Jadi ingat ya..manakala lo merasa putus asa dan nggak tahan dengan kesedihan lo..."
"Iya..iya..inget Tsunami kan?" katanya, tersenyum.
"Badai pasti berlalu, maksud gue...takes time..tapi pasti berlalu."





posted by ketket | 11:20 PM | 5 comments

Tuesday, September 12, 2006

Keputusan

Gue nggak akan pergi.

---

Dialing 0811xxxxxx


Bejo: Halo?
Gue: Jooo...gue nih Katrin
Bejo: Eh iya, apa kabar?
Gue: Baik, kok lo kaya kaget gitu? Wah nomor gue udah nggak di-save lagi ya?
Bejo: Bukaaaan..kemaren nomor gue hilang, jadi deh phonebook-nya hilang juga
(jawaban ini agak diragukan kebenarannya, tapi karena nggak cukup banyak alasan untuk membahas jadi ya sudahlah..kan ngga mungkin juga gue tiba-tiba nanya: masa? gimana ceritanya bisa hilang? atau kok bisa sih phonebook hilang bukannya ada memory handphone? Karena nanti kita jadi ngebahas runtutan kejadian bagaimana peristiwa hilangnya si kartu sim card itu..dan gue jadi lupa tujuan gue nelpon)
Gue: Iya nih..cuma mau bilang aja..kayanya gue nggak bisa dateng Jo..punten pisan yaa..maklumlah kita kan mahasiswa abadi gitu deh..jadi dikejar-kejar deadline theses
Bejo: Yaaaahhh..kok gitu? Trus siapa aja yang ngga dateng jadinya?
Gue: ah cuma gue doang kok..yang lain-lain kan udah nggak bikin theses lagi
(God please forgive me, karena lagi-lagi menjadikan theses sebagai biang keladi)
Soalnya dosennya susah ditemuin sih..cuma bisa di-weekend aja, karena hari-hari biasa dia sibuk banget.
Bejo: Ngerti deh..ngerti..tapi masih bisa diusahain kan?
Gue: Ya mungkin aja sih..tapi karena ada kemungkinan nggak, gue monggo-monggo dulu neeh
Bejo: Oke boss..tapi usahain bisa ya?
Gue: Paling kalo bisa, ya tiba-tiba aja gue nongol..ta-raaaaaaa
Bejo: Trus kamu sendiri gimana?
Gue: Ah masih lama (berlagak merendah..padahal pengen ditanya!)
Bejo: Masih lama kapan nih? Taun depan?
Gue: Iya..baru pesen gedung doang so far (okey..gue emang nggak mau kalah banget, gue akuin :p)
Gue: Eh trus..gimana persiapannya? Akadnya dimana seeh?
.........
......... (pembicaraan yang nggak penting karena membahas detail pernikahannya dia..yang habis itu bikin gue merasa weirdo sekali..don't know why)

----

Dialing 0817xxxxxx

Sara: Halo
Gue: Sar, gue nggak ikutan ya..tadi gue udah telpon si Bejo
Sara: Yahhh..kenapa? Nggak seru dong..
Gue: Nggak pa-pa. Gue nggak nyaman aja ternyata..not that I still have some feeling with him. Tapi yah..aneh aja, nggak tau kenapa.
Sara: Yah, gue ngerti sih. Kalo gue jadi lo, mungkin I'd rather die aja deh..huhuhu
Gue: Heh..kok lo malah jadi mellow! Curhat colongan aja kerjanya!
Sara: Hahaha..kok tau aja sih! Ya udahlah..better lo nggak dateng deh kalo emang nggak nyaman.
Gue: Bilang gue ngejar deadline theses yaaa..
Sara: Yes boss

----

022xxxxxxx (nah lo bingung kan ngga ada nomornya sama sekali :p)
calling

Gue: Hun?
Dia: Ya ?
Gue: Aku nggak pergi ke nikahan Bejo, tadi aku udah telpon dia
Dia: Kamu telpon dia?
Gue: Iya, nggak enaklah kalau aku ngga info apa-apa..gimanapun juga dulu kan kan kita pernah temenan.
Dia: Ya udah..terserah kamu aja deh..
Gue: Iya, aku bikin theses aja ya..
Dia: Iya, biar cepet lulus

-----

Kalau thesis adalah seorang mahluk hidup mungkin gue harus minta maaf karena udah menggunakan namanya sembarangan untuk tujuan yang juga sama sekali nggak ilmiah atau scientific :p.

So this weekend, deal with my theses!

posted by ketket | 11:00 PM | 6 comments

Sunday, September 10, 2006

Freaking Out

Belakangan ini, dengan adanya program diskon dari telkomnet instan, gue jarang absen nge-net on weekend. Diskon 50% bo! Hal yang sama kejadian juga weekend ini, kebetulan seorang teman yang sedang kesepian di seberang pulau, crying out for help, minta ditemenin. Jadilah kita chatting di suatu Sabtu pagi, early (well ngga early-early amat sih) in the morning.

Di tengah-tengah chatting, sekonyong-konyong mail message alert Yahoo bunyi, sekilas gue melirik..siapa tau penting dan musti segera dibuka email-nya. Nama mantan gue dan subject-nya: Invitation. Hah? Dengan kesigapan tingkat tinggi langsunglah gue meninggalkan teman gue yang kesepian itu dan membuka email. Maaf ya untuk teman gue yang kesepian itu ( I know you'll read this) :p.

Sial! Invitation-nya ngga bisa dibuka. File-nya error kayanya. Gue reply message itu dan bilang bahwa emailnya ngga bisa dibuka, dan sambil bilang 'Have nice wedding preparation'. Sebelumnya sih gue sempet ragu-ragu. Bener undangan married ngga ya? Kan bisa aja, misalnya undangan kelulusan S2-nya dia gitu? Atau undangan teman lain yang dititipkan sama dia untuk di-forward ke teman-teman yang lain. Atau undangan syukuran karena dia mau naik haji mungkin? Anyway, setelah menghilangkan berbagai ridiculous thought tentang invitation itu, yah..emang yang paling besar sih kemungkinannya adalah mantan gue itu yang married. So I said that. Have a nice wed preparation.

Oh ya, dan gue pastinya langsung menghubungi kekasih gue tercinta itu..bahwa si mantan (ehm..sebut aja si Bejo lah..daripada jadi sosok bernama mantan) gue mau married.

"Emang kapan married-nya?"
"Nggak tau, mudah-mudahan aja November. Jadi aku sempet jahit kebaya dulu."
"Wah kalo gitu aku harus jahit jas juga dong?"
"Yah boleh lah.."
"Kamu lebih heboh dong..dari yang kemarin."
"Maksud kamu?"
"Iya waktu kita mau kenikahan temanku yang kemarin itu, kamu kan dandan abis..beli gaun, karena tau Siti (bukan nama sebenernya, tapi si tokoh Siti menggambarkan sosok mantan pacar gue yang sekarang). Kalau sekarang kamu mau jahit kebaya segala..lebih heboh dong."
"Iya ya?"

Gue jadi termenung, ingat kejadian beberapa minggu lalu. Waktu gue tau, si Siti itu mau datang ke nikahan yang juga akan gue hadiri, gue langsung bikin plan beli baju, ke salon, diet..dan bahkan sampai beli alas bedak mahal segala!

Sore-nya gue nelpon temen sayur-dan-garam gue. En guess what? Dia langsung berteriak dengan seru-nya," Lo tau ngga sih kapan si Bejo married?"
"Ehm..Januari?" Masih dengan wish-wish gue yang ngga penting, bahwa marriednya masih lama dan gue masih punya banyak waktu to prepare things.
"Pliss deh..ngapain juga dia kirim undangan sekarang, kalau masih Januari married-nya. Minggu depan bow!"
"Hah? Kok cepet banget? Trus gue pake baju apa dong?"
"Ada yang paniiiik!!" jawab temen gue dengan sedikit riang.
Awas ya! Suatu saat gue bales kelakuannya itu! (oh yea, I know you'll read this too!!)

Yah, akhirnya gue berhasil buka undangannya. Minggu depan. Di sebuah hotel yang cukup ternama di Bandung. Damn! Gue nggak pernah tau kalo mereka adalah pasangan yang keren.

Hehe..

Am I freaking out?

Mungkin..sedikit. Tapi gue selalu begini kalau berhubungan dengan mantan-mantan.

Selalu pengen tampil sempurna. Tanpa cacat. Dan hopefully berhasil bikin mereka nyesel. Tapi dalam kasus ini, ngapain juga dia nyesel? I'm the one who dumped him.

Hehehe. Tapi dasar egois aja, tetep pengen dia (mereka) nyesel.

Mungkin, karena gue berasa pathetic..He's married, and I'm not...(yet)

Uh, nggak penting banget! Gue juga punya cowok, a better one of course..gue juga bakal married kok!

So screw you!! My ex-es!!

Am I still freaking out?

Uhm yea..masih sih sebenernya, :D. Tapi at least, gue udah tau mau pake baju apa minggu depan. One problem solved. Tapi rambut gue bakal diapain ya?

:D.

posted by ketket | 4:50 PM | 3 comments

Saturday, September 09, 2006

A Loner

Di suatu kumpul-kumpul dengan teman-teman mantan satu kos dulu, tercetuslah sebuah statement bahwa si Katrin, yang super-duper berisik dan ceria ini, terkategorikan orang yang sulit berbagi masalah.

Iya, pertamanya gue juga nggak nyadar kalo ada pendapat kaya gitu tentang gue.
Sampai ada satu temen gue yang bilang," Ket ayo dong gue pengen ketemuan sama lo berdua aja..sesi curhat private.Ngga usah ada orang-orang berisik ini neeh?" katanya sambil melirik 6 sosok wanita muda di sekeliling kami. Pernyataan teman ini, tentunya, disambut dengan ketawa-ketawa ringan. Namun seorang teman gue, yang lain, membalas pernyataan itu," Perasaan selama kita berteman, Katrin selalu yang jadi tempat kita cerita ya? Kapan coba Katrin pernah hubungin kita untuk cerita masalahnya dia? Gue bahkan ngga tau kalau dia pernah punya masalah."

Di kesempatan lain, gue memutuskan untuk mencari second opinion dari sohib sayur-dan-garam gue (maksudnya hubungan kita bagaikan sayur dan garam gitu deh..saling melengkapi :p).
"Sar, emang selama ini gue jarang ya cerita tentang masalah gue?"
"Ehm..iya sih..sepanjang gue bertemen sama lo bertahun-tahun, jarang banget lo cerita masalah lo ke gue. Bahkan setelah gue pikir-pikir, cuma sekali lo datang en cerita ke gue, waktu lo ada masalah sama si itu tuh.... " jawabnya saling mengerdipkan mata ke gue.
Oh ya, I remember the time, pertama kalinya gue nangis tersedu-sedu sambil menelpon teman gue, karena merasa begitu terganggu akan seseorang yang muncul dalam hubungan percintaan gue. But that's just it! Padahal gue udah bertemen like maybe 9 years!! Cuma satu kali gue datang ke dia untuk berbagi masalah? There must be something wrong with me.

"Hun, memang aku a loner ya?" tanya gue lagi pada suatu waktu kepada si beruang tercinta, yang selama 2 tahun ini telah (harusnya) menjadi teman berbagi secara intensif.
"Maksudnya?"
"Yah..ngapa-ngapain sendiri..termasuk kalau lagi ada masalah.."
"Iya, emang pada saranya kamu mandiri sih, tapi jujur aja.. kalo kamu lagi punya masalah, kamu bisa jadi nge-betein banget... pusing tau ngadepin kamu," tiba-tiba dengan sedikit agak emosi, si besar itu melayangkan protesnya. Lho? Kok dia jadi curhat?
" ??? "
"Kamu tuh kalo lagi ada masalah, keliatan..tapi kamu ngga pernah mau cerita..cuma moody aja keliatannya..nanti kalau udah selesai masalahnya..baru kamu baik lagi en cerita."
"Tapi at least aku cerita kan? ."
"Kamu Loner, karena kamu ngga mau berbagi..apalagi kalo lagi ada masalah..ngga mau dideketin, ngga mau ditolong, ngga mau diajak ngomong..semuanya pengen kamu solve sendiri dan buntut-buntutnya kamu malah ngejauh dari kehidupan kamu..begitu selesai masalahnya, baru kamu normal lagi. "

Uff..gue baru sadar loh..ternyata gue begitu sulitnya berbagi.
Bahkan untuk temen baik en pacar gue sendiri.

Am I ...a loner?

posted by ketket | 12:00 PM | 2 comments

Who am I?
Katrin's Profile
Female, 26 yr, Jakarta

Archives
Photos
www.flickr.com
This is a Flickr badge showing public photos from Ketket. Make your own badge here.

Other Stuffs
Follow me on...
Side Blog


Talk to Me!



<1--end here -->