Wednesday, November 09, 2005

ICU

2 November 14.00
Tirt..tirt..Sms alert gw bunyi. Dari Anne.
Say, gw ngga jadi ketemuan sama lo yah..nyokap gw suruh beres2 rumah. Gw juga bete berat nih. Maap yah.

Dasar! Udah bela-belain nunggu, ternyata malah ngebatalin last minute. Hu-uh. Akhirnya, karena batal janjian ketemuan, gw pulang cepat. Pagar aja ketawa liat gw pulang masih siang gitu. Sampai rumah, bapak, mama dan ade udah siap dengan pakaian rapi. Mereka amazed juga, si kakak (maksudnya gw) udah pulang.
"Trin, kok tumben udah pulang jam segini?"
"Iya ma, Anne batalin janji last minute. Ya udah aku pulang aja."
"Ikut ke rumah kak Rini yuk, bapatua* sakit dan dirawat di sana."

22.30
Malamnya saat kami sedang nonton DVD (lupa judulnya..karena liburan kemarin kita beli banyak banget DVD, maksudnya mau menghabiskan liburan dengan DVD), telpon rumah berdering-dering. Kring..kring..seperti biasa, biarpun bapak yang posisinya paling dekat dengan telpon, jarang banget dia mau angkat langsung telpon itu. Tumben waktu itu dia langsung angkat.
"Budi, oh gitu? Jam berapa kejadiannya? Okey saya langsung berangkat," sepotong-potong gw dengar pembicaraan bapak lewat telpon. Ternyata penelpon adalah Bang Budi, suami sepupu gw kak Rini, yang rumahnya sore tadi kami kunjungi.
"Trin, bapatua jatuh di kamar, nafasnya sesak, sekarang lagi dalam perjalanan ke UGD," kata bapak seraya menyebutkan nama rumah sakit terdekat dari rumah kami.

3 November 01.00
"Belum stabil juga tensinya bang?" gw bertanya ke abang Budi.
"Belum Trin, tapi aku udah minta dokternya pakai dobuject** , begitu stabil nanti baru bapatua bisa masuk kamar perawatan." Bang Budi juga berprofesi sebagai dokter, sehingga sedikit banyak paham tentang seluk-beluk pengobatan.
"Terakhir berapa tensinya?"
"60/40"

---
Setiap liburan sekolah, adalah masa-masa menyenangkan untuk gw. Bapatua gw, yang tinggal di Kupang selalu datang di periode ini. Dan biasanya dia datang membawakan gw baju yang berenda2 dengan pita manis yang diikat di belakang.
Setiap liburan kuliah, juga masa-masa menyenangkan untuk gw. Masa-masa gw pulang ke rumah di Jakarta selama kira-kira 1 minggu, dan bertemu dengan bapatua gw (juga saudara gw lainnya) yang mengasihani keponakannya yang menuntut ilmu di Bandung tanpa sanak saudara. Biasanya sebelum kami berpisah, bapatua akan menyelipkan selembar 50ribuan (atau lebih kalau rejekinya lagi banyak) dan bilang ," Ini untuk ongkos fotokopi bahan-bahan kuliah."

05.00
Semalam suntuk sudah kami begadang. Gw, adek gw, dan sepupu-sepupu gw mulai mencari posisi yang paling nyaman untuk melepaskan kepenatan. Maklum ruang tunggu di rumah sakit tersebut relatif kecil, malam itu walaupun malam takbiran, cukup banyak juga yang masuk UGD. Mau tak mau kami harus berbagi tempat duduk dengan para keluarga yang juga menunggui sanak saudaranya yang sakit.

06.30
"Bang, teh tawarnya dong!"
"Bang, indomie kari ayamnya 2 lagi!"
"Bang, kok nggak sholat ied?"
Abang tukang indomie terlihat kelabakan menghadapi kami, yang bukan saja banyak permintaan, tapi juga banyak pertanyaan. Abang indomie tersebut adalah satu-satunya kios makanan yang buka di hari lebaran pertama itu.

07.00
"Kak, tensinya udah 100/60!" seru salah seorang sepupu gw, bang Luhut. Pernyataannya itu ditujukan ke kak Rini, kakaknya.
"Oh baguslah, kita bisa masukkin papa ke kamar sekarang."

13.00
Gw duduk di dekat kak Rini, di samping tempat tidur tempat bapatua dibaringkan. sambil mengipas-ngipas.
"Kak, kayanya ACnya mati deh..nafas bapatua juga jadi tambah berat." Pria tua yang ada di samping gw semakin tampak kelelahan. Tabung oksigen yang menyuplai udara tambahan untuknya, sepertinya tidak cukup efektif menyalurkan udara.
Sejam kemudian, bapatua dipindahkan ke ruangan lain, yang ACnya tidak rusak. Herannya, nafasnya tetap berat.

16.00
Keluarga-keluarga mulai berdatangan. Memang kebiasaan di keluarga gw, ngumpul-ngumpul. Libur lebaran juga memudahkan keluarga datang mengunjungi bapatua. Tiba-tiba kak Rini, menongolkan kepalanya di pintu kamar, ke arah kami yang sedang duduk-duduk di taman dekat kamar rawat.
"Bang, tolong dulu liat papa. Nafasnya berat sekali. Mukanya biru seperti tadi malam," suara kak Rini terdengar panik. Bang Budi langsung bergerak cepat memasuki kamar rawat.

20.00
Turt..turt..telpon rumah gw berdering-dering. Sepupu-sepupu gw yang masih kecil-kecil berteriak mengingatkan ada telpon berdering.
"Halo."
"Trin, bapak nih. Kondisi bapatua tambah buruk. Kau jaga anak-anak di rumah, yang lain suruh ke sini ya."
Gw menurut, walaupun gw pengen banget ada di sana, nungguin bapatua. Bingung harus apa, akhirnya gw memutar DVD kartun untuk sepupu-sepupu gw, Aaron dan Irene. Yang pertama, Valiant.

22.30
DVD yang kedua, Hercules. Gw nggak tahan lagi. Gw pengen ke sana, katanya bapatua udah dipindah ke ICU. Sepupu-sepupu gw masih bersemangat nonton, malam itu malam kemerdekaan mereka, biasanya mereka sudah harus tidur jam segitu. Akhirnya setelah selesai, gw memutar DVD yang ketiga, Madagascar. Orangtua sepupu-sepupu gw datang, gantian gw yang pergi ke sana, ke ICU tempat bapatua dirawat. Untung rumah sakitnya dekat.

23.30
"Keluarga bapak Pakpahan!" terdengar suara perawat ICU memanggil keluarga pasien. Rupanya kondisi pasien tersebut sudah gawat, sehingga keluarganya boleh mendampingi si pasien. Gw bernafas lega, gw tahu keluarga gw yang lainnya juga berpikir sama, untung bukan keluarga kami yang dipanggil. Tak lama terdengar suara orang-orang menangis dari dalam ruang ICU, mungkin dari ekluarga pasien yang baru saja dipanggil si perawat. Gw bergidik. Ngeri.

23.50
"Keluarga bapak Siregar!" gw tersentak, keluarga kami! Buru-buru kami memasuki ruangan ICU. Bapatua, terbujur pasrah, beberapa staff dokter memberi resusitasi***. Monitor jantung menunjukkan 3 grafik. Yang mana yang harus gw lihat? Jujur aja, ini kali pertama gw melihat resusitasi dengan memonitor detak jantungnya.
"Lihat grafik yang paling atas." Entah siapa yang erbisik ke telinga gw, seolah-olah tahu bahwa gw kebingungan. Terdengar beberapa di antara anggota keluarga kami mulai menangis. Monitor jantung menunjukkan angka 40. Bang Budi bertengkar dengan dokter jaga di ICU, karena proses resusitasi yang diberikan salah. Di samping gw, sepupu gw yang lain mengucapkan doa.
Banyak suara. Mata gw tetap terfokus pada monitor jantung. Ayo bapatua, jangan menyerah!

4 November 00.50
"Bu Dokter.." kata salah seorang perawat ke kak Rini. Oh ya, kak Rini juga seorang dokter.
"Kami sudah mencoba selama 1 jam, pasien tidak bereaksi.."
...
"Bu dokter.."
"Kalian yang tahu prosedurnya..oke..silahkan saja," kata kak Rini, wajahnya tertunduk, mendekati papanya, bapatua gw.
Dokter dan perawat mulai melepas berbagai selang yang melekat di tubuh bapatua. Banyak suara lagi. Suara orang bertengkar. Suara orang menangis. Suara kehebohan, ternyata salah satu saudara gw roboh karena pingsan. Banyak suara. Mata gw masih tetap pada monitor jantung. Angka 0 yang ada di sana, sudah tidak bergerak lagi.

6 November 16.00
Seluruh keluarga duduk mengelilingi pusara bapatua. Melempari bunga, menata karangan bunga dukacita supaya indah dilihat.
---
Keluarga gw suka banget ngumpul-ngumpul. Biasanya kami mengadakan semacam potluck party, setiap orang bawa makanan. Bapatua selalu membisikkan ke gw,"Trin, bapatua bawa fuyung hai, kesukaanmu." Beliau tau, walaupun gw suka makan, gw tidak suka banyak jenis makanan.
---
Pagi hari tanggal 6 November adalah acara keluarga, menyampaikan testimonial kami masing-masing untuk bapatua. Gw masih ingat kata-kata gw:
"Bapatua, yang aku kenal adalah sosok yang sangat kuat. Bapatua selalu berjuang dengan sekuat tenaga. Sampai akhir hayatnya, kita semua melihat perjuangannya. Terima kasih udah jadi contoh untuk kami semua bapatua, kami pasti akan menjadi kuat juga..seperti halnya bapatua. Ya kan kakak-kakak dan abang-abangku? Kita pasti kuat kan?"
Pertanyaan itu ditujukan untuk sepupu-sepupu gw, yang ditinggalkan papanya.

* Bapatua: sebutan dalam bahasa batak untuk abang dari bapak.
** Dobuject: obat yang mempunyai efek kerja inotropik positif, yaitu meningkatkan kerja otot jantung sehingga mampu memompa darah ke seluruh tubuh.
*** Resusitasi: upaya mengembalikan fungsi kerja organ-organ vital, dalam kasus di atas digunakan untuk mengembalikan fungsi kerja jantung.

posted by ketket | 3:00 PM

<< Home

Who am I?
Katrin's Profile
Female, 26 yr, Jakarta

Archives
November 2004
December 2004
January 2005
February 2005
March 2005
April 2005
May 2005
June 2005
July 2005
August 2005
September 2005
October 2005
November 2005
December 2005
January 2006
February 2006
March 2006
April 2006
May 2006
June 2006
July 2006
August 2006
September 2006
October 2006
November 2006
January 2007
March 2007
July 2007
April 2008
May 2008
June 2008
July 2008
August 2008
September 2008
February 2009
December 2009
February 2011
April 2011
May 2011
August 2011
Photos
www.flickr.com
This is a Flickr badge showing public photos from Ketket. Make your own badge here.

Other Stuffs
Who Links Here
JANGAN ASAL COPY PASTE..
Follow me on...
  • Facebook
  • Twitter
  • Side Blog


    Talk to Me!



    <1--end here -->